Mahasiswa Demo Pemekaran PPS Berujung Ditahan, Tangis Pecah Seorang Ibu Relakan Anaknya Masuk Bui

Bima, NTB - Aksi demonstrasi yang dilakukan oleh aliansi Cipayung Plus Bima dalam rangka menuntut pemekaran Provinsi Pulau Sumbawa (PPS) pada Rabu kemarin berujung penahanan enam mahasiswa. Mereka berasal dari tiga organisasi besar dan diduga terlibat dalam pengerusakan mobil dinas milik Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Bima.

Mahasiswa yang menjadi tersangka tersebut yakni MY (22) Sarae Ruma-Langgudu, ES (21) dan FD (19) Tawali-Wera, AT (19) dan DDY (18) Wora-Wera, dan MA (24) Rade, Madapangga, juga bertindak sebagai koordinator lapangan.

Dalam aksi itu, sebuah mobil dinas milik Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Bima dirusak massa. Laporan resmi dilayangkan oleh kepala dinas pada hari yang sama, dan tak butuh waktu lama bagi pihak berwenang untuk menetapkan enam mahasiswa dari organisasi Cipayung Plus sebagai tersangka.

Namun di balik fakta hukum dan tuduhan pidana, ada luka yang tak tertulis dalam berita, luka seorang ibu yang merasa anaknya dikriminalisasi karena menyuarakan kepentingan banyak orang.

Salah satu momen menyentuh datang dari seorang ibu bernama Iya Fitria, yang anaknya Pian, termasuk dalam daftar tersangka. Dalam unggahan Facebook yang viral, ia menyampaikan dukungannya secara emosional.

"Ku langitkan Doa-doa untukmu anakku, Insyaallah segala ujian akan kita petik hikmah," tulis Iya Fitria dalam statusnya.

Ia mengekspresikan kebanggaannya terhadap anaknya yang memperjuangkan aspirasi rakyat Sumbawa, walau harus ditahan. Ia juga menolak anggapan bahwa anaknya seperti kriminal.

"Kamu bukan koruptor nak, bukan pula perampok," sambungnya.

Fitria bukan ibu aktivis. Ia hanyalah seorang ibu biasa yang membesarkan anaknya dengan harapan, kelak ia menjadi kebanggaan keluarga dan berguna bagi orang banyak.

Setiap Fitria melihat anaknya dalam balutan baju orange tahanan, hatinya remuk. Tak ada seorang ibu pun yang sanggup berdiri tenang ketika anaknya diperlakukan seperti pelaku kriminal kelas berat.

"Ibu ikhlas, nak. Tapi tidak akan berhenti berdoa. Semua akan indah pada waktunya. Ibu percaya itu," tulisnya, diselingi emoji menangis dan doa.

Ia tahu, ini bukan akhir perjuangan. Tapi ia juga tahu, luka batin seorang ibu tak mudah disembuhkan oleh waktu atau hukum.

Sebagai catatan, aksi ini mencerminkan perjuangan mahasiswa sebagai agen perubahan sosial dalam menyuarakan aspirasi daerah tertinggal dan kebutuhan pemerataan pembangunan.

Tindakan Hukum, Penetapan status tersangka akibat pengerusakan aset negara menunjukkan bahwa ada batas antara kebebasan berekspresi dan perusakan fasilitas umum. Reaksi dari orang tua menunjukkan bahwa dukungan keluarga tetap kuat meskipun harus menghadapi stigma dan proses hukum yang menyakitkan.

Unggahan Fitria menjadi simbol solidaritas dan simpati terhadap perjuangan mahasiswa yang seringkali dianggap sebagai "pahlawan tanpa jubah.***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naomi Wins Women's WWE Money In The Bank 2025 Ladder Match

Michigan to Mexico City present tight NASCAR travel logistics

'Be very careful': Republican Senators get stern warning from one of their own